Friday, July 27, 2007
Menulis Puisi yang Mudah
Menulsi puisi amatlah sulit bila kita belum mengetahui hakikat dan metodenya, dan sebaliknya bila kita memahami apa itu puti dan hakikatnya serta cara menulisnya tentu akan merasa enak dan nyaman saat berlatih menulis puisi sehingga akhirnya menjadi kebutuhan saban hari9 yang ahrus dipenuhi. tentu saja kita harus menyadari bila keterampilan menulis puisi itu bisa dilatih meski orang sering mengatakan bakat, anugerah, dan lain- lain. Yang pasti menulsi puisi bukanlah sesuatu yang ajaib atau langka, tetapi sebaliknya bisa digapai oleh siapa pun bila kita bersedia dan mampu berlatih dengan baik dan tekun.
Wednesday, August 09, 2006
W.S. RENDRA: SI BURUNG MERAK

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Langsung ke: panduan arah, cari
tokohindonesia.com
Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir Solo, 7 November 1935) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967.
Pendidikan
SMA St. Josef, Solo
Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
American Academy of Dramatical Art, New York, USA (1967)
Beberapa karya
Drama
Orang-orang di Tikungan Jalan
SEKDA
Mastodon dan Burung Kondor
Hamlet (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)
Macbeth (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)
Oedipus Sang Raja (terjemahan dari karya Sophocles, aslinya berjudul "Oedipus Rex")
Kasidah Barzanji
Perang Troya Tidak Akan Meletus (terjemahan dari karya Jean Giraudoux asli dalam bahasa Prancis: "La Guerre de Troie n'aura pas lieu")
Sajak/Puisi
Jangan Takut Ibu
Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
Empat Kumpulan Sajak
Rick dari Corona
Potret Pembangunan Dalam Puisi
Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta!
Nyanyian Angsa
Pesan Pencopet kepada Pacarnya
Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan)
Perjuangan Suku Naga
Blues untuk Bonnie
Pamphleten van een Dichter
State of Emergency
Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
Mencari Bapak
Rumpun Alang-alang
DETIK 26 Juli 1998
Puisi Rendra
Puisi Si Burung Merak WS Rendra yang dibacakan di DPR pada 15 Mei 1998 lalu ternyata masih diburu banyak orang. Beberapa email yang masuk ke redaksi the_tikcom meminta agar puisi tersebut ditampilkan. Atas kebaikkan beberapa rekan wartawan yang masih menyimpan puisi Rendra tersebut. Inilah dia puisi karya pentolan Bengkel Teater itu.
Sajak Orang Kepanasan
( Oleh WS Rendra )
Karena kami makan akar dan terigu
menumpuk di gudangmu
Karena kami hidup berhimpitan dan ruangmu berlebihan
maka kita bukan sekutu
Karena kami kucel dan kamu gemerlapan
Karena kami sumpek dan kamu mengunci pintu
maka kami mencurigaimu
Karena kami terlantar di jalan dan kamu memiliki semua keteduhan ...
Karena kami kebanjiran dan kamu berpesta di kapal pesiar ...
maka kami tidak menyukaimu
Karena kami dibungkam dan kamu nerocos bicara ...
Karena kami diancam dan kamu memaksakan kekuasaan ...
maka kami bilang TIDAK kepadamu
Karena kami tidak boleh memilih dan kamu bebas berencana ...
Karena kami cuma bersandal dan kamu bebas memakai senapan ...
Karena kami harus sopan dan kamu punya senjata ...
maka TIDAK dan TIDAK kepadamu
Karena kami arus kali dan kamu batu tanpa hati maka air akan mengikis batu.
Thursday, August 03, 2006
TOKOH SASTRAWAN: TAUFIQ ISMAIL
Taufik Ismail
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Langsung ke: panduan arah, cari
Taufik Ismail (lahir 25 Juni 1935) ialah seorang sastrawan Indonesia.
Daftar isi[sembunyikan]· 1 Latar Belakang · 2 Kegiatan · 3 Penghargaan · 4 Sumber
[sunting]
Latar Belakang
Dilahirkan di Bukittinggi dan dibesarkan di Pekalongan, ia tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan yang suka membaca. Ia telah bercita-cita menjadi sastrawan sejak masih SMA. Dengan pilihan sendiri, ia menjadi dokter hewan dan ahli peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi cita-cita kesusastraannya. Ia tamat FKHP-UI Bogor pada 1963 tapi gagal punya usaha ternak yang dulu direncanakannya di sebuah pulau di Selat Malaka.
[sunting]
Kegiatan
Semasa kuliah aktif sebgai Ketua Senat Mahasiswa FKHP-UI (1960-1961) dan WaKa Dewan Mahasiswa UI (1961-1962).
Di Bogor pernah jadi guru di SKP Pamekar dan SMA Regina Pacis, juga mengajar di IPB. Karena menandatangani Manifesto Kebudayaan, gagal melanjutkan studi manajemen peternakan di Florida (1964) dan dipecat sebagai dosen di Institut Pertanian Bogor. Ia menulis di berbagai media, jadi wartawan, salah seorang pendiri Horison (1966), ikut mendirikan DKJ dan jadi pimpinannya, Pj. Direktur TIM, Rektor LPKJ dan Manajer Hubungan Luar Unilever. Penerima beasiswa AFS International Scholarship, sejak 1958 aktif di AFS Indonesia, pernah Ketua Yayasan Bina Antar Budaya, penyelenggara pertukaran pelajar antarbangsa yang selama 41 tahun (sejak 1957) telah mengirim 1700 siswa ke 15 negara dan menerima 1600 siswa asing di sini. Taufiq terpilih menjadi anggota Board of Trustees AFSIS di New York, 1974-1976.
Pengkategoriannya sebagai penyair Angkatan '66 oleh Hans Bague Jassin merisaukannya, misalnya dia puas diri lantas proses penulisannya macet. Ia menulis buku kumpulan puisi, seperti Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Tirani, Benteng, Buku Tamu Musim Perjuangan, Sajak Ladang Jagung, Kenalkan, Saya Hewan, Puisi-puisi Langit, Prahara Budaya:Kilas Balik Ofensif Lekra/PKI dkk, Ketika Kata Ketika Warna, Seulawah-Antologi Sastra Aceh, dan lain-lain.
Banyak puisinya dinyanyikan Himpunan Musik Bimbo, pimpinan Samsudin Hardjakusumah, atau sebaliknya ia menulis lirik buat mereka dalam kerja sama. Iapun menulis lirik buat Chrisye, Yan Antono (dinyanyikan Ahmad Albar) dan Ucok Harahap. Menurutnya kerja sama semacam ini penting agar jangkauan publik puisi lebih luas.
Taufiq sering membaca puisi di depan umum. Di luar negeri, ia telah baca puisi di berbagai festival dan acara sastra di 24 kota Asia, Australia, Amerika, Eropa, dan Afrika sejak 1970. Baginya, puisi baru ‘memperoleh tubuh yang lengkap’ jika setelah ditulis, dibaca di depan orang. Pada April 1993 ia membaca puisi tentang Syekh Yusuf dan Tuan Guru, para pejuang yang dibuang VOC ke Afrika Selatan tiga abad sebelumnya, di 3 tempat di Cape Town (1993), saat apartheid baru dibongkar. Pada Agustus 1994 membaca puisi tentang Laksamana Cheng Ho di masjid kampung kelahiran penjelajah samudra legendaris itu di Yunan, RRT, yang dibacakan juga terjemahan Mandarinnya oleh Chan Maw Yoh.
Bosan dengan kecenderungan puisi Indonesia yang terlalu serius, di awal 1970-an menggarap humor dalam puisinya. Sentuhan humor terasa terutama dalam puisi berkabar atau narasinya. Mungkin dalam hal ini tiada teman baginya di Indonesia.
[sunting]
Penghargaan
Mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah (1970), Cultural Visit Award Pemerintah Australia (1977), South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1994), Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994). Dua kali ia menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, AS (1971-1972 dan 1991-1992), lalu pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur (1993).
[sunting]
Sumber
· Ismail,Taufiq.2004.Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia.Jakarta:Yayasan Indonesia.
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Langsung ke: panduan arah, cari
Taufik Ismail (lahir 25 Juni 1935) ialah seorang sastrawan Indonesia.
Daftar isi[sembunyikan]· 1 Latar Belakang · 2 Kegiatan · 3 Penghargaan · 4 Sumber
[sunting]
Latar Belakang
Dilahirkan di Bukittinggi dan dibesarkan di Pekalongan, ia tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan yang suka membaca. Ia telah bercita-cita menjadi sastrawan sejak masih SMA. Dengan pilihan sendiri, ia menjadi dokter hewan dan ahli peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi cita-cita kesusastraannya. Ia tamat FKHP-UI Bogor pada 1963 tapi gagal punya usaha ternak yang dulu direncanakannya di sebuah pulau di Selat Malaka.
[sunting]
Kegiatan
Semasa kuliah aktif sebgai Ketua Senat Mahasiswa FKHP-UI (1960-1961) dan WaKa Dewan Mahasiswa UI (1961-1962).
Di Bogor pernah jadi guru di SKP Pamekar dan SMA Regina Pacis, juga mengajar di IPB. Karena menandatangani Manifesto Kebudayaan, gagal melanjutkan studi manajemen peternakan di Florida (1964) dan dipecat sebagai dosen di Institut Pertanian Bogor. Ia menulis di berbagai media, jadi wartawan, salah seorang pendiri Horison (1966), ikut mendirikan DKJ dan jadi pimpinannya, Pj. Direktur TIM, Rektor LPKJ dan Manajer Hubungan Luar Unilever. Penerima beasiswa AFS International Scholarship, sejak 1958 aktif di AFS Indonesia, pernah Ketua Yayasan Bina Antar Budaya, penyelenggara pertukaran pelajar antarbangsa yang selama 41 tahun (sejak 1957) telah mengirim 1700 siswa ke 15 negara dan menerima 1600 siswa asing di sini. Taufiq terpilih menjadi anggota Board of Trustees AFSIS di New York, 1974-1976.
Pengkategoriannya sebagai penyair Angkatan '66 oleh Hans Bague Jassin merisaukannya, misalnya dia puas diri lantas proses penulisannya macet. Ia menulis buku kumpulan puisi, seperti Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Tirani, Benteng, Buku Tamu Musim Perjuangan, Sajak Ladang Jagung, Kenalkan, Saya Hewan, Puisi-puisi Langit, Prahara Budaya:Kilas Balik Ofensif Lekra/PKI dkk, Ketika Kata Ketika Warna, Seulawah-Antologi Sastra Aceh, dan lain-lain.
Banyak puisinya dinyanyikan Himpunan Musik Bimbo, pimpinan Samsudin Hardjakusumah, atau sebaliknya ia menulis lirik buat mereka dalam kerja sama. Iapun menulis lirik buat Chrisye, Yan Antono (dinyanyikan Ahmad Albar) dan Ucok Harahap. Menurutnya kerja sama semacam ini penting agar jangkauan publik puisi lebih luas.
Taufiq sering membaca puisi di depan umum. Di luar negeri, ia telah baca puisi di berbagai festival dan acara sastra di 24 kota Asia, Australia, Amerika, Eropa, dan Afrika sejak 1970. Baginya, puisi baru ‘memperoleh tubuh yang lengkap’ jika setelah ditulis, dibaca di depan orang. Pada April 1993 ia membaca puisi tentang Syekh Yusuf dan Tuan Guru, para pejuang yang dibuang VOC ke Afrika Selatan tiga abad sebelumnya, di 3 tempat di Cape Town (1993), saat apartheid baru dibongkar. Pada Agustus 1994 membaca puisi tentang Laksamana Cheng Ho di masjid kampung kelahiran penjelajah samudra legendaris itu di Yunan, RRT, yang dibacakan juga terjemahan Mandarinnya oleh Chan Maw Yoh.
Bosan dengan kecenderungan puisi Indonesia yang terlalu serius, di awal 1970-an menggarap humor dalam puisinya. Sentuhan humor terasa terutama dalam puisi berkabar atau narasinya. Mungkin dalam hal ini tiada teman baginya di Indonesia.
[sunting]
Penghargaan
Mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah (1970), Cultural Visit Award Pemerintah Australia (1977), South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1994), Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994). Dua kali ia menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, AS (1971-1972 dan 1991-1992), lalu pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur (1993).
[sunting]
Sumber
· Ismail,Taufiq.2004.Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia.Jakarta:Yayasan Indonesia.
Thursday, July 27, 2006
MARI MENULIS PUISI
MARI MENCOCA MENULIS PUISI
Pada dasarnya manusia di dunia ini mempunyai cita rasa seni, entah dalam seni rupa, seni suara, seni tari, seni musik, seni lukis, seni sastra, atau seni yang lain. Hakikatnya, seni merupakan pencurahan atau ekspresi cita rasa manusia terhadap suatu hal atau objek tertentu.
Begitu jugalah dalam menulis puisi, seseorang mengemukakan cita rasa seni tentang suatu hal atau objek tertentu dengan menggunakan media bahasa tulis. Nuansa bahasa seni terkespresikan melalui kata dan makna sebagai perlambang hakikat hidup dan kehidupan.
Sebuah puisi merupalan karya sastra yang secara hakiki mengandung atau mengungkapkan unsur-unsur:
tema (sense);
rasa (feeling);
nada (tone);
amanat (intention).
Tema merupakan pokok permasalahan yang dikemukakan oleh penyair melaui puisi karyanya. Pokok persoalan tersebut merupakan rumusan inti masalah sehubungan dengan hakikat hidup dan kehidupan makhluk hidup, dan manusia pada khususnya. Biasanya bahasa rumusan tema sebuah puisi bersifat universal, dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Misalnya, Kesehatan manusia ditentukan juga oleh kebersihan lingkungannya; kerusakan moral seseorang juga ditentukan oleh lingungannya; ebutuhan Ilahi seorang manusia tak bisa dipungkiri.
Rasa dalam berpuisi sama dengan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakannya. Seorang penyair bisa bersikap peduli, prihatin, sinis, acuh tak acuh, dan lain-lain.
Nada dalam berpuisi maksudnya adalah sikap penyair terhadap pembaca. Dalam hal ono penyair bisa mencerminkan sikap memberi nasihat, mengajak merenung, memarahi, mengemukakan opininya, dan lain-lain.
Amanat sebuah puisi pada umumnya berisi semacam renungan akhir inti atau hakikat masalah yang dikemukakan penyair sehingga ada sebuah nafkah batiniah yang diberikan oleh penyair kepada pembaca seputar hidup dan kehidupan. Cakupan amanat lebih khusus dibandingkan tema yang dikemukakan oleh penyair. Jadi, amanat lebih mengacu ke bagian-bagian hidup dan kehidupan. Sebuah puisi memiliki satu tema, tetapi bisa memiliki lebih dari satu/banyak amanat tang dikemukakan penyairnya.
Secara metodologis, sebuah puisi dapat diciptakan melalui cara 1) pilihan kata (diction); 2) daya bayang (imagery); 3) kata-kata konkret (the concrete words ); 4) gaya bahaya (figurative language); 5) ritme (rhythm); 6) rima (ryme); dan 7) simbolisme (symbolism)
Pilihan kata (diction)
Sebuah puisi diciptakan oleh penyair berdasarkan penghayatan atas hidup dan kehidupan manusia, baik sebagai pribadi, kolektif, maupun universal. Dalam konteks penyusunan puisi sebagai ekspresi cita rasa sebi dengan media bahasa yang digunakan wajae saj a bola kata-kata yang digunakan dalam sebuah puisi bukanlah sembarang kata biasa, melainkan kata-kata yang: 1) mempunyai cira rasa seni; 2) memiliki nuansa maknawi yang tepat; 3) dan memiliki nilai estetika yang sesuai dengan maksud.
Pilihan kata sangat dipengaruhi oleh kekayaan kosa kata penyair dan referensinya. Seorang penyair bisa terpengaruh oleh penyair lain, baik dalam kosa kata pilihan, pola perlambangan, penafsiran dan penghayatan hidup dan kehidupan, maupun pola pikir/kinerja merumuskan sebuah puisi. Karena itu, amat diperlukan kekayaan refersni bacaan tentang puisi bila kita ingin mengetahui dan mampu menulsi puisi yang baik. Tentu saja hal itu tidak tepat bila dimaknakan sebagai plagiat dan plagiator.
Daya bayang (imagery)
Sebuah pilihan kata amat menentukan daya bayang yang ingin dibentuk oleh seorang penyiar. Dalam hal ini amat diperlukan kekuatan dan kemampuan penulisan kesan inderawi tentang objek yang ingin kita kemukakan. Sebuah objek paling sedikit bisa kita kemukakan secara deskriptif dalam lima sasaran inderawi. Setiap indera mampu menghasilkan beberapa baris puisi. Semua itu sangat dipengaruhi oleh ketajaman inderawi dan kemampuan pengungkapan bahasawi penyairnya. Semua unsur inderawi tersebut juga sangat bisa dilatih dan dibina secara teratur dan terarah.
Kata-Kata Konkret (the concret words)
Sebuah kata mempunyai makna. Makna yang dimaksud mengacu ke benda tertentu berarti kata tersebut bersifat konkret, sedangkan bila sebuah kata mengandung makna konseptual atau pengertian belaka berarti kata tersebut bersifat abstrak. Dalam membuat sebuah puisi sebaiknya kita gunakan kaya-kaya konret sehingga gagasan yang kita kemukakan gamnoang dan mudah dimengerti oleh poembaca, meski ridak lupa terhadap aspek diksi dan keindagan puitisnya. Pilihan kata manakah yang gampang dimengerti langkah cahaya pagi dengan geliat hangat matahari pagi?
Gaya bahasa (figurative language)
Sebuah puisi umumnya terdiri atas serangkaian kata menjadi baris, kemudian baris puisi menjadi bait, dan seterusnya. Di sisi lain maksud yang hendak disampaikan oleh penyair akan terasa lebih imajinatif dan gampang dimengerti oleh pembaca bila penyair juga pangai merangkaikannnya dalam gaya bahasa yangt tepat. Gaya bahasa yang umumnya dipakai adalah metafora, simbolisme, personifikasi, hiperbola, klimaks, dan lain-lain. Kata-kata metaforis bak, laksana, bagai, seperti, ibarat sering digunakan oleh penyair W.S. Rendra sehingga maksud kalimatnya gampang dimengerti dan terasa lebih hidup.
Irama (rhythm)
Baris sebuah puisi terasa lebih indah bila disusun dalam irama bunyi sebagai naluri manusia yang senang berirama. Sentuhan permainan bunyi konsonan maupun vokal dalam baris puisi akan terasa memberikan kenikmatan membaca.
Rima (rime)
Secara tradisional terutama puisi bentuk lama pada umumnya memiliki peraturan persajakan di akhir baris, misalnya aaaa, abab, dan sejenisnya. Hanya saja dalam puisi baru khususnya puisi bebas hal tersebut tidak diperhatikan. Artinya, kita mau mengakhiri baris puisi dengan rima apa pun boleh saja. Yang penting gagasan kita gampang dan mudah dimengerti oleh pembaca.
Simbolisme (symbolism)
Kadang dalam menyampaikan gagagsan seorang penyair tidak secara terus terang mengatakannya kepada pembaca. Caranya, penyair memanfaatkan lambang atau simbol untuk maksud tertentu. Hal ini tidak bersifat kesepakatan yang ada atau berlaku dalam masyarakat.
Pada dasarnya manusia di dunia ini mempunyai cita rasa seni, entah dalam seni rupa, seni suara, seni tari, seni musik, seni lukis, seni sastra, atau seni yang lain. Hakikatnya, seni merupakan pencurahan atau ekspresi cita rasa manusia terhadap suatu hal atau objek tertentu.
Begitu jugalah dalam menulis puisi, seseorang mengemukakan cita rasa seni tentang suatu hal atau objek tertentu dengan menggunakan media bahasa tulis. Nuansa bahasa seni terkespresikan melalui kata dan makna sebagai perlambang hakikat hidup dan kehidupan.
Sebuah puisi merupalan karya sastra yang secara hakiki mengandung atau mengungkapkan unsur-unsur:
tema (sense);
rasa (feeling);
nada (tone);
amanat (intention).
Tema merupakan pokok permasalahan yang dikemukakan oleh penyair melaui puisi karyanya. Pokok persoalan tersebut merupakan rumusan inti masalah sehubungan dengan hakikat hidup dan kehidupan makhluk hidup, dan manusia pada khususnya. Biasanya bahasa rumusan tema sebuah puisi bersifat universal, dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Misalnya, Kesehatan manusia ditentukan juga oleh kebersihan lingkungannya; kerusakan moral seseorang juga ditentukan oleh lingungannya; ebutuhan Ilahi seorang manusia tak bisa dipungkiri.
Rasa dalam berpuisi sama dengan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakannya. Seorang penyair bisa bersikap peduli, prihatin, sinis, acuh tak acuh, dan lain-lain.
Nada dalam berpuisi maksudnya adalah sikap penyair terhadap pembaca. Dalam hal ono penyair bisa mencerminkan sikap memberi nasihat, mengajak merenung, memarahi, mengemukakan opininya, dan lain-lain.
Amanat sebuah puisi pada umumnya berisi semacam renungan akhir inti atau hakikat masalah yang dikemukakan penyair sehingga ada sebuah nafkah batiniah yang diberikan oleh penyair kepada pembaca seputar hidup dan kehidupan. Cakupan amanat lebih khusus dibandingkan tema yang dikemukakan oleh penyair. Jadi, amanat lebih mengacu ke bagian-bagian hidup dan kehidupan. Sebuah puisi memiliki satu tema, tetapi bisa memiliki lebih dari satu/banyak amanat tang dikemukakan penyairnya.
Secara metodologis, sebuah puisi dapat diciptakan melalui cara 1) pilihan kata (diction); 2) daya bayang (imagery); 3) kata-kata konkret (the concrete words ); 4) gaya bahaya (figurative language); 5) ritme (rhythm); 6) rima (ryme); dan 7) simbolisme (symbolism)
Pilihan kata (diction)
Sebuah puisi diciptakan oleh penyair berdasarkan penghayatan atas hidup dan kehidupan manusia, baik sebagai pribadi, kolektif, maupun universal. Dalam konteks penyusunan puisi sebagai ekspresi cita rasa sebi dengan media bahasa yang digunakan wajae saj a bola kata-kata yang digunakan dalam sebuah puisi bukanlah sembarang kata biasa, melainkan kata-kata yang: 1) mempunyai cira rasa seni; 2) memiliki nuansa maknawi yang tepat; 3) dan memiliki nilai estetika yang sesuai dengan maksud.
Pilihan kata sangat dipengaruhi oleh kekayaan kosa kata penyair dan referensinya. Seorang penyair bisa terpengaruh oleh penyair lain, baik dalam kosa kata pilihan, pola perlambangan, penafsiran dan penghayatan hidup dan kehidupan, maupun pola pikir/kinerja merumuskan sebuah puisi. Karena itu, amat diperlukan kekayaan refersni bacaan tentang puisi bila kita ingin mengetahui dan mampu menulsi puisi yang baik. Tentu saja hal itu tidak tepat bila dimaknakan sebagai plagiat dan plagiator.
Daya bayang (imagery)
Sebuah pilihan kata amat menentukan daya bayang yang ingin dibentuk oleh seorang penyiar. Dalam hal ini amat diperlukan kekuatan dan kemampuan penulisan kesan inderawi tentang objek yang ingin kita kemukakan. Sebuah objek paling sedikit bisa kita kemukakan secara deskriptif dalam lima sasaran inderawi. Setiap indera mampu menghasilkan beberapa baris puisi. Semua itu sangat dipengaruhi oleh ketajaman inderawi dan kemampuan pengungkapan bahasawi penyairnya. Semua unsur inderawi tersebut juga sangat bisa dilatih dan dibina secara teratur dan terarah.
Kata-Kata Konkret (the concret words)
Sebuah kata mempunyai makna. Makna yang dimaksud mengacu ke benda tertentu berarti kata tersebut bersifat konkret, sedangkan bila sebuah kata mengandung makna konseptual atau pengertian belaka berarti kata tersebut bersifat abstrak. Dalam membuat sebuah puisi sebaiknya kita gunakan kaya-kaya konret sehingga gagasan yang kita kemukakan gamnoang dan mudah dimengerti oleh poembaca, meski ridak lupa terhadap aspek diksi dan keindagan puitisnya. Pilihan kata manakah yang gampang dimengerti langkah cahaya pagi dengan geliat hangat matahari pagi?
Gaya bahasa (figurative language)
Sebuah puisi umumnya terdiri atas serangkaian kata menjadi baris, kemudian baris puisi menjadi bait, dan seterusnya. Di sisi lain maksud yang hendak disampaikan oleh penyair akan terasa lebih imajinatif dan gampang dimengerti oleh pembaca bila penyair juga pangai merangkaikannnya dalam gaya bahasa yangt tepat. Gaya bahasa yang umumnya dipakai adalah metafora, simbolisme, personifikasi, hiperbola, klimaks, dan lain-lain. Kata-kata metaforis bak, laksana, bagai, seperti, ibarat sering digunakan oleh penyair W.S. Rendra sehingga maksud kalimatnya gampang dimengerti dan terasa lebih hidup.
Irama (rhythm)
Baris sebuah puisi terasa lebih indah bila disusun dalam irama bunyi sebagai naluri manusia yang senang berirama. Sentuhan permainan bunyi konsonan maupun vokal dalam baris puisi akan terasa memberikan kenikmatan membaca.
Rima (rime)
Secara tradisional terutama puisi bentuk lama pada umumnya memiliki peraturan persajakan di akhir baris, misalnya aaaa, abab, dan sejenisnya. Hanya saja dalam puisi baru khususnya puisi bebas hal tersebut tidak diperhatikan. Artinya, kita mau mengakhiri baris puisi dengan rima apa pun boleh saja. Yang penting gagasan kita gampang dan mudah dimengerti oleh pembaca.
Simbolisme (symbolism)
Kadang dalam menyampaikan gagagsan seorang penyair tidak secara terus terang mengatakannya kepada pembaca. Caranya, penyair memanfaatkan lambang atau simbol untuk maksud tertentu. Hal ini tidak bersifat kesepakatan yang ada atau berlaku dalam masyarakat.
Subscribe to:
Posts (Atom)