Thursday, July 27, 2006

MARI MENULIS PUISI

MARI MENCOCA MENULIS PUISI

Pada dasarnya manusia di dunia ini mempunyai cita rasa seni, entah dalam seni rupa, seni suara, seni tari, seni musik, seni lukis, seni sastra, atau seni yang lain. Hakikatnya, seni merupakan pencurahan atau ekspresi cita rasa manusia terhadap suatu hal atau objek tertentu.

Begitu jugalah dalam menulis puisi, seseorang mengemukakan cita rasa seni tentang suatu hal atau objek tertentu dengan menggunakan media bahasa tulis. Nuansa bahasa seni terkespresikan melalui kata dan makna sebagai perlambang hakikat hidup dan kehidupan.

Sebuah puisi merupalan karya sastra yang secara hakiki mengandung atau mengungkapkan unsur-unsur:

tema (sense);
rasa (feeling);
nada (tone);
amanat (intention).

Tema merupakan pokok permasalahan yang dikemukakan oleh penyair melaui puisi karyanya. Pokok persoalan tersebut merupakan rumusan inti masalah sehubungan dengan hakikat hidup dan kehidupan makhluk hidup, dan manusia pada khususnya. Biasanya bahasa rumusan tema sebuah puisi bersifat universal, dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Misalnya, Kesehatan manusia ditentukan juga oleh kebersihan lingkungannya; kerusakan moral seseorang juga ditentukan oleh lingungannya; ebutuhan Ilahi seorang manusia tak bisa dipungkiri.

Rasa dalam berpuisi sama dengan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakannya. Seorang penyair bisa bersikap peduli, prihatin, sinis, acuh tak acuh, dan lain-lain.

Nada dalam berpuisi maksudnya adalah sikap penyair terhadap pembaca. Dalam hal ono penyair bisa mencerminkan sikap memberi nasihat, mengajak merenung, memarahi, mengemukakan opininya, dan lain-lain.

Amanat sebuah puisi pada umumnya berisi semacam renungan akhir inti atau hakikat masalah yang dikemukakan penyair sehingga ada sebuah nafkah batiniah yang diberikan oleh penyair kepada pembaca seputar hidup dan kehidupan. Cakupan amanat lebih khusus dibandingkan tema yang dikemukakan oleh penyair. Jadi, amanat lebih mengacu ke bagian-bagian hidup dan kehidupan. Sebuah puisi memiliki satu tema, tetapi bisa memiliki lebih dari satu/banyak amanat tang dikemukakan penyairnya.


Secara metodologis, sebuah puisi dapat diciptakan melalui cara 1) pilihan kata (diction); 2) daya bayang (imagery); 3) kata-kata konkret (the concrete words ); 4) gaya bahaya (figurative language); 5) ritme (rhythm); 6) rima (ryme); dan 7) simbolisme (symbolism)

Pilihan kata (diction)
Sebuah puisi diciptakan oleh penyair berdasarkan penghayatan atas hidup dan kehidupan manusia, baik sebagai pribadi, kolektif, maupun universal. Dalam konteks penyusunan puisi sebagai ekspresi cita rasa sebi dengan media bahasa yang digunakan wajae saj a bola kata-kata yang digunakan dalam sebuah puisi bukanlah sembarang kata biasa, melainkan kata-kata yang: 1) mempunyai cira rasa seni; 2) memiliki nuansa maknawi yang tepat; 3) dan memiliki nilai estetika yang sesuai dengan maksud.

Pilihan kata sangat dipengaruhi oleh kekayaan kosa kata penyair dan referensinya. Seorang penyair bisa terpengaruh oleh penyair lain, baik dalam kosa kata pilihan, pola perlambangan, penafsiran dan penghayatan hidup dan kehidupan, maupun pola pikir/kinerja merumuskan sebuah puisi. Karena itu, amat diperlukan kekayaan refersni bacaan tentang puisi bila kita ingin mengetahui dan mampu menulsi puisi yang baik. Tentu saja hal itu tidak tepat bila dimaknakan sebagai plagiat dan plagiator.

Daya bayang (imagery)

Sebuah pilihan kata amat menentukan daya bayang yang ingin dibentuk oleh seorang penyiar. Dalam hal ini amat diperlukan kekuatan dan kemampuan penulisan kesan inderawi tentang objek yang ingin kita kemukakan. Sebuah objek paling sedikit bisa kita kemukakan secara deskriptif dalam lima sasaran inderawi. Setiap indera mampu menghasilkan beberapa baris puisi. Semua itu sangat dipengaruhi oleh ketajaman inderawi dan kemampuan pengungkapan bahasawi penyairnya. Semua unsur inderawi tersebut juga sangat bisa dilatih dan dibina secara teratur dan terarah.

Kata-Kata Konkret (the concret words)
Sebuah kata mempunyai makna. Makna yang dimaksud mengacu ke benda tertentu berarti kata tersebut bersifat konkret, sedangkan bila sebuah kata mengandung makna konseptual atau pengertian belaka berarti kata tersebut bersifat abstrak. Dalam membuat sebuah puisi sebaiknya kita gunakan kaya-kaya konret sehingga gagasan yang kita kemukakan gamnoang dan mudah dimengerti oleh poembaca, meski ridak lupa terhadap aspek diksi dan keindagan puitisnya. Pilihan kata manakah yang gampang dimengerti langkah cahaya pagi dengan geliat hangat matahari pagi?

Gaya bahasa (figurative language)
Sebuah puisi umumnya terdiri atas serangkaian kata menjadi baris, kemudian baris puisi menjadi bait, dan seterusnya. Di sisi lain maksud yang hendak disampaikan oleh penyair akan terasa lebih imajinatif dan gampang dimengerti oleh pembaca bila penyair juga pangai merangkaikannnya dalam gaya bahasa yangt tepat. Gaya bahasa yang umumnya dipakai adalah metafora, simbolisme, personifikasi, hiperbola, klimaks, dan lain-lain. Kata-kata metaforis bak, laksana, bagai, seperti, ibarat sering digunakan oleh penyair W.S. Rendra sehingga maksud kalimatnya gampang dimengerti dan terasa lebih hidup.

Irama (rhythm)
Baris sebuah puisi terasa lebih indah bila disusun dalam irama bunyi sebagai naluri manusia yang senang berirama. Sentuhan permainan bunyi konsonan maupun vokal dalam baris puisi akan terasa memberikan kenikmatan membaca.

Rima (rime)
Secara tradisional terutama puisi bentuk lama pada umumnya memiliki peraturan persajakan di akhir baris, misalnya aaaa, abab, dan sejenisnya. Hanya saja dalam puisi baru khususnya puisi bebas hal tersebut tidak diperhatikan. Artinya, kita mau mengakhiri baris puisi dengan rima apa pun boleh saja. Yang penting gagasan kita gampang dan mudah dimengerti oleh pembaca.


Simbolisme (symbolism)
Kadang dalam menyampaikan gagagsan seorang penyair tidak secara terus terang mengatakannya kepada pembaca. Caranya, penyair memanfaatkan lambang atau simbol untuk maksud tertentu. Hal ini tidak bersifat kesepakatan yang ada atau berlaku dalam masyarakat.